BANYAK orangtua yang tidak menyadari bahwa sepeda motor merupakan “mesin pembunuh” yang efektif jika tidak digunakan dengan benar oleh orang yang layak menggunakannya.
Kriteria benar dan layak menggunakannya Slot Qris 5k yang saya maksud adalah kriteria kecakapan dan kelayakan secara fisik dan emosional. Dari faktor fisik, sepeda motor dengan mesin dan bobot kendaraan yang berat, tentu, tidak layak diberikan kepada anak-anak sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, di mana pertumbuhan fisik mereka belum cukup untuk mengendarai sepeda motor.
Meski fisik mereka terlihat besar dan kuat, seperti layaknya orang dewasa, dari sisi mental atau emosional masih bersemayam sifat kekanak-kanakan dengan emosi yang meledak-ledak. Mereka belum dapat mengendalikan emosi dalam berkendara dengan akal dan jiwa yang matang, mengedepankan keselamatan jiwa baik diri sendiri maupun orang lain selama di jalan.
Karenanya, keberadaan anak-anak berkendaraan di jalan raya dengan sepeda motor, apalagi dengan bonceng tiga (boti), sungguh, sangat meresahkan dan membahayakan keselamatan para pengguna jalan raya lain.
Pengguna lain yang sudah berhati-hati, akhirnya menjadi tidak aman jika berhadapan dengan mereka di jalan raya. Untuk itu orangtua harus berperan penting menahan anak-anaknya dan menahan dirinya untuk terlalu cepat memberikan izin bagi mereka yang masih bocah untuk mengendarai sepeda motor.
Sederhananya, jangan diberikan izin sebelum mereka memiliki SIM C untuk sepeda motor. Ini baru bicara sepeda motor belum bicara mobil!
Kurangnya kematangan emosi yang dimiliki anak-anak dapat juga terjangkit pada orang dewasa. Di jalan raya, ini bisa kita lihat mereka yang suka melawan arah di jam-jam berangkat atau pulang kerja.
Padahal sering terjadi kecelakaan justru bermula dari tindakan mengendarai motor yang melawan arah. Alasan memperpendek jarak dan agar cepat sampai tujuan, tentu saja, bukan sebuah alasan yang dibenarkan.
Tindakan yang mereka lakukan sangat membahayakan orang lain yang tidak bersalah. Jalur seharusnya tidak tersendat menjadi macet karena ruang yang tersedia menjadi lebih sempit. Pengendara yang benar terpaksa lebih pelan dan berhati-hati agar tidak terjadi tabrakan.Ironis!
Ulah lain yang tidak bertanggung jawab dari orang dewasa saat berkendara ialah masuk busway. Mereka jelas-jelas salah karena menghambat laju bus Transjakarta. Padahal pengguna Transjakarta telah berkorban meninggalkan kenyamanan dengan tidak menggunakan mobil pribadi demi perjalanan ke kantor atau tujuannya.
Harapan pengguna Transjakarta mendapatkan busway yang lancar seringkali tidak terwujud karena jalur justru direnggut oleh pengguna motor nakal—kebiasaan yang acapkali dibenarkan, padahal keliru, hanya karena jalur lain kondisinya macet. Benar-benar memalukan.
Tidak sampai di situ, pengendara motor yang kurang adab itu terkadang lewat trotoar. Ini lebih tidak tahu diri lagi dibandingkan masuk busway, karena trotoar milik pejalan kaki yang seharusnya mereka terlindungi keselamatannya.
Ternyata tempat yang seharusnya aman menjadi tidak aman dan berisiko karena banyak pengguna tak beradab. Pengendara motor yang naik ke trotoar juga merampas hak penyandang disabilitas. Di sisi lain, trotoar yang sering dilalui sepeda motor juga cepat rusak. Kerusakan terjadi karena “pembenaran” yang menjadi kebiasaan rutin.